TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN

Makalah Biologi Perikanan

TINGKAT KEMATANGAN GONAD PADA IKAN LELE
(Clarias batrachus)

oleh :
KRISNA ERMAN SARI ZAI
1503020048









LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN
 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Ikan lele tidak pernah di temukan di perairan payau atau asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang lambat, rawa, telaga, waduk, dan sawah tergenang air. Ikan lele bersifat nocturnaL, yakni aktif mencari makanan pada malam hari atau gelap. Pada siang hari ikan lele biasanya berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap atau teduh. Di alam ikan lele memijah pada awal musim penghujan (Sugiharto, 2014).
Semua jenis ikan lele berkembang dengan bertelur (ovipar), dengan pembuahan telur terjadi di luar tubuh. lkan lele memiliki sepasang gonad yang terletak di sekitar usus dan relatif pendek dibandingkan dengan ukuran badannya. lkan lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Pada lele jantan alat kelaminnya tampak jelas dan meruncing atau memanjang ke arah belakang. Pada lele betina alat kelaminnya berbentuk oval, agak besar yang digunakan sebagai jalan keluarnya telur. Alat kelamin pada lele mempunyai sistem urogenithal karena alat kelamin ini juga berfungsi sebagai alat pembuangan air seni. Pada lele jantan maupun betina, pada lubang urogenithal terdapat pada suatu papilla (tonjolan) yang ada tepat di belakang dubur. lkan lele memiliki sepasang hati dan gelembung renang (Suryaningsih, 2014). 
Ikan lele mencapai kedewasaannya setelah mencapai ukuran 100 g atau lebih. Jika sudah masanya berkembang biak, ikan jantan dan betina akan berpasangan dan mencari tempat untuk yang aman untuk bersarang. Ikan lele yang siap kawin ditandai dengan dari ciri-ciri fisiknya dan faktor usia. Ciri fisik yang paling menonjol adalah perut yang sangat buncit pada betina sedangkan pada jantan terlihat lebih agresif dalam mengejar betina. Ikan mulai mencapai kematangan seksual ketika berumur 1 tahun dengan panjang tubuh berkisar 150-750 mm. Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telurnya bersamaan waktunya dengan jantan melepaskan sperma di dalam air. Telur yang dibuahi dijaga oleh induk betina sampai telur menetas dan kuat berenang  (Wijaya, dkk., 2014).
Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan reproduksi ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan sebesar 5-10%. Pencatatan perubahan kematangan gonad dapat digunakan untuk mengetahui bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah (Wahyuningsih dan Barus, 2006).  
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai (Pulungan, 2015). 

Tujuan Praktikum
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui ciri – ciri ikan Lele (Clarias batrachus) telah matang gonad.


TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias batrachus)
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah di budidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepalanya pipih ke bawah dengan bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Ikan lele juga memiliki 2 buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip perut dan sirip dada (Agung, dkk, 2016).
Ikan lele memiliki patil yang tajam dan giginya tumpul. Sungut ikan lele relatif panjang dan kuat. Kulit dadanya terletak bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit pada manusia. Kepala dan punggungnya berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut aborescent organ yang terletak di bagian kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksila (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran keci dan terletak pada kepala belakang (Sugiharto, 2014).

Klasifikasi ikan Lele menurut Suryaningsih (2014) sebagai berikut
Kingdom   : Animalia
Filum         : Chordata
Kelas         : Pisces
Ordo          : Ostariophysi
Famili        : Claridae
Genus        : Clarias
Spesies      : Clarias batrachus  
Ikan lele bersifat nocturnal, artinya ikan ini aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele juga membuat sarang di dalam lubang-lubang di tepian sungai, tepi-tepi rawa atau pematang sawah  dan kolam yang teduh dan tenang (Zulfania, dkk.,2014).
Habitat atau lingkungan hidup lele adalah air tawar, meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele adalah air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Lele juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan (Dewi, dkk., 2013).


Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lele

Dilihat dari fungsi reproduksinya, ikan terbagi menjadi dua yakni jantan dan betina. Namun bagaimana membedakan antara keduanya bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan tubuh luar antara jantan dan betina. Kondisi ini dinamakan monomorfisme. Perbedaan kedua jenis kelamin ini secara nyata hanya dapat dilakukan dengan membedah ikan dan melihat iri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi, yaitu testis dan salurannya pada ikan jantan dan ovarium dan salurannya pada ikan betina (Rahardjo, dkk., 2011).
Cara menentukan kematangan gonad ikan lele jantan dilakukan dengan melihat urogenitalnya. Ikan jantan yang telah matang gonad ditandai dengan urogenitalnya yang memerah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor. Cara menentukan kematangan gonad ikan lele betina adalah dengan meraba perut yang membesar dan terasa lunak serta bila diurut ke arah anus, ikan betina yang telah matang gonad akan mengeluarkan telur berwarna hijau kekuningan (Ernawati, 2015).
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu i) cara histologi yang dilakukan di laboratorium, ii) pengamatan morfologi yang dilakukan di laboratorium dan dapat pula di lapangan. Pengamatan secara histologi akan dapat diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan pengamatan morfologi tidak sedetail histologi namun cara ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat  (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Ovarium yaitu organ dalam dari alat kelamin betina berupa kantung telur. ovarium yang matang umumnya akan melewati beberapa tahapan yaitu dari oogonia menjadi previtellogenik kemudian menjadi vitellogeni, kemudian menjadi pos Witellogenik (pada tahap ini ovarium telah matang) dan tahap selanjutnya adalah atresia pada tahap ini ovarium tidak produktif lagi). Gonad lele betina yang telah matang akan berwarna kuning kecoklatan dan padat. Butiran telur akan tampak terpisah (tidak menempel lagi antara satu dengan yang lain) dan ukurannya seragam. Testis merupakan organ dalam dari alat kelamin lele jantan. Testes yang siap memijah umumnya melewati tahap-tahap perkembangan testis yaitu dari spermatogonia menjadi spermatosit primer kemudian menjadi spermatosit sekunder mejadi spermatid dan yang terakhir menjadi spermatozoa. Proses dari spermatogonia menjadi spermatid disebut spermiogenesis, sedangkan dari spermatid menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis. lnduk lele jantan yang telah siap memijah (telah matang gonad) ditandai dengan kantong sperma yang penuh dan berwarna putih susu (Suryaningsih, 2014).
Testes berbentuk memanjang dan menggantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perntaraan mesorkium. Pada ikan yang mempunyai gelembung gas testis berada dibawah atau di samping gelembng gas. Testis berjumlah sepasang dan bentuknya lebih kurang sama besar. testis tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna testis bervariasi bergantung kepada tingkat perkembangannya. Pada awalnya perkembangan testis akan berbentuk seperti pita. Pada beberapa ikan seperti ikan lele pita tadi membentuk lekukan-lekukan tetapi pada ikan lain tanpa lekukan (Rahardjo, dkk., 2011).

Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Lele
Tingkat Kematangan Gonad diamati secara morfologis dengan memperhatikan warna, bentuk, ukuran panjang dan bobot, perkembangan isi gonad. Gonad dipisahkan antara gonad  jantan dan gonad betina, setelah  itu gonad diamati secara morfologis. Ikan dibedah dimulai dari bagian anus menuju bagian  dorsal  di bawah  linea lateralis sampai ke belakang operkulum, kemudian ke arah  ventral hingga ke dasar perut dengan menggunakan alat set bedah untuk mengambil gonadnya dan menentukan jenis kelamin serta tingkat kematangan gonadnya. Gonad kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (ketelitian 0,001 g), di ukur volumenya  dan  diawetkan menggunakan  alkohol 70%. Gonad diperoleh kemudian  dibandingkan dengan bobot ikan awal untuk menentukan IKG (Indeks Kematangan Gonad) (Monalisa, dkk., 2014).
Gonad diamati tingkat kematangannya berdasarkan morfologi dan anatomi histologinya. Analisis data tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan ukuran selang kelas panjang untuk menduga ukuran peftama kali ikan matang gonad dan berdasarkan waktu pengambilan ikan contoh untuk mengetahui musim pemijahan. Kemudian gonad diangkat dan ditimbang. Selanjutnya data berat gor.rad digunakan daiam penentuan indeks kematangan gonad (IKG)    (Novitriani, 2004).
Kematangan gonad dapat diketahui dengan menghitung indeks kematangan gonad (IKG), yaitu perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian vitellogenesis, yaitu pengendapan kuning telur, sehingga terjadi perubahan-perubahan pada gonad dan beratnya menjadi bertambah. Gonad ikan jantan mengalami viteloogenesis terjadi peningkatan berat 5-10%, sedangkan pada betina 10-25% (Solang, 2010)

Menurut Monalisa dkk (2014) menghitung Indeks Kematangan  Gonad  (IKG) dapat dilakukan pengukuran bobot gonad  dan bobot total tubuh menurut dengan rumus :
Keterangan :
IKG = (BG/BT) x 100%
IKG  = indeks kematangan gonad                 
BG   = bobot gonad (gram)                
BT = bobot tubuh (gram)




DAFTAR PUSTAKA



                                        
Burhanuddin, A.I. 2014. Ikhtiologi Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. ISBN : 978-602-280-616-5. Budi Utama : Yogyakarta.

Dewi, C.D., Zainal. A dan Sugito. 2013. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Dumbo Pada Konsentrasi Tepung Daun Jaloh. 2 (2) : 45-49. ISSN : 2089-7790.
Ernawati. 2015. Pengaruh Perlakuan Asap Cair Terhadap Sifat Sensoris dan Mikrostruktur Sosis Asap Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Kelautan. 8 (2) : 50-57. ISSN : 1907-9931. 
Monalisa, S.S., H. Sitorus dan A. Suryanti. 2014.  Hubungan Panjang Bobot  dan Indeks Kematangan Gonad Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Universitas Sumatera utara, Medan.

Novitriani, R., Y. Ernawati dan Rahardjo. 2004. Aspek Pemijahan Ikan Petek Leiognathus Equulus, Forsskal T7i5 (Fam. Leiognathidae) di Pesisir Mayangan Subang, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia, IV (2 ).

Pulungan, C.P. 2015. Nisbah Kelamin dan Nilai Kemontokan Ikan Tabingal (Puntioplitas bulu Blkr) dari Sungai Siak Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. ISSN : 0853-7607.



Rahardjo, M.F., D.S. Syafei., R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Lubuk Agung : Bandung.


Solang, M. 2010.  Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus L) yang  Diberi Pakan Alternatif Dan Dipotong Sirip Ekornya. Jurnal Saintek, V (2).

Sugiharto. 2014. Pemijahan Ikan Lele pada Lahan Sempit. Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Suryaningsih, S. 2014. Biologi Ikan Lele. Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Wahyuningsih, H dan A. Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wijaya, O., B.S. Rahardha dan Prayogo. 2014. Pengaruh Padat Tebar Ikan Lele terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate pada Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6 (1) : 55-59.

Yudho. 2015. Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Balai Perikanan Budidaya Air Tawar, Jambi. 



Komentar